Jakarta (1/6/2025) – Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55, Departemen Litbang, Iptek, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) DPP LDII bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar webinar bertema “Pengenalan Jejak Karbon dan Cadangan Karbon dalam Upaya Mengatasi Perubahan Iklim”. Acara yang digelar secara hybrid dari Kantor DPP LDII, Senayan, Jakarta, pada Sabtu (31/5) ini diikuti lebih dari 250 titik studio LDII di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman tentang pentingnya menurunkan emisi karbon sebagai langkah konkret menghadapi krisis iklim yang semakin nyata. Webinar diikuti antusias oleh pengurus LDII, warga pesantren, pelajar, dan masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan adalah hasil akumulasi dari kelalaian manusia dalam menjaga alam. Ia menyampaikan, bumi bukan sekadar tempat tinggal, tapi amanah besar yang harus dijaga bersama.
KH Chriswanto juga menyoroti temuan ilmiah mengenai perpindahan air dari daratan ke lautan yang menyebabkan kenaikan permukaan laut, dan semakin jauhnya jarak bumi dan bulan yang berakibat pada melambatnya rotasi bumi. “Ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi sebagai peringatan dini agar kita lebih bijak memperlakukan alam,” ujarnya.
Ia mengajak masyarakat untuk memulai dari langkah kecil seperti menanam pohon, mengurangi penggunaan plastik, dan memanfaatkan energi ramah lingkungan. “Tidak perlu menunggu besar atau sempurna. Yang dibutuhkan adalah kesadaran dan konsistensi,” ungkapnya.
KH Chriswanto juga menjelaskan bahwa LDII telah menanam lebih dari lima juta pohon dan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di sejumlah pondok pesantren dan kantor pusat LDII. Di beberapa daerah bahkan telah dikembangkan pembangkit mikrohidro sebagai upaya memanfaatkan energi lokal yang ramah lingkungan.
Menurutnya, upaya tersebut bukan hanya bentuk kontribusi terhadap pengurangan emisi nasional, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual umat manusia sebagai khalifah di bumi.
Direktur Mitigasi Perubahan Iklim KLHK, Irawan Asaad, dalam pemaparannya menyebutkan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Ia memaparkan bahwa lima sektor utama penyumbang emisi adalah energi, industri, limbah, pertanian, dan kehutanan.
Irawan juga memperkenalkan konsep jejak karbon (carbon footprint) yang terbagi dalam beberapa kategori: individu, organisasi, negara, dan produk. Ia mendorong semua pihak, termasuk ormas keagamaan seperti LDII, untuk terlibat aktif dalam program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara kolektif,” ujarnya.
Ketua DPD LDII Kabupaten Paser, Ahmad Ghozali, M.Pd., yang turut mengikuti kegiatan ini, mengapresiasi inisiatif LDII pusat dan KLHK dalam menyebarkan pemahaman lingkungan hingga ke daerah. Ia menyebut bahwa isu lingkungan tidak boleh hanya menjadi perhatian pusat, tapi juga harus menjadi gerakan bersama hingga tingkat bawah.
“Kegiatan ini sangat membuka wawasan. Kita di daerah pun punya peran besar dalam menjaga lingkungan. Melalui pondok pesantren dan kegiatan keagamaan, kami berkomitmen menanamkan nilai cinta lingkungan kepada generasi muda. Ini bagian dari dakwah kami untuk membumikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” ujar Ahmad Ghozali.
Webinar ini menjadi bagian dari komitmen LDII dalam mendorong kesadaran lingkungan di tengah masyarakat. Melalui pendekatan edukatif, LDII berharap semakin banyak individu dan institusi yang tergerak untuk menjaga keseimbangan alam demi keberlanjutan kehidupan di masa depan.
No Comments